Pilih Login
Login Dashboard Data Umat

Tentang Paroki

Gereja Katolik Paroki Santa Maria Blitar

Sejarah Paroki

Sejarah Berdirinya Paroki Santa Maria Blitar

Sejarah Paroki Santa Maria Blitar merupakan perjalanan panjang penuh semangat pelayanan dan dedikasi dari para misionaris, khususnya para imam Konggregasi Misi (CM) dari Belanda. Awalnya, pelayanan umat Katolik di wilayah Blitar Barat bermula dari semangat misi untuk membina dan mengembangkan kehidupan rohani penduduk pribumi serta keturunan Tionghoa, yang dimulai sekitar tahun 1935.

Kala itu, pelayanan pastoral dan liturgi dilaksanakan di sebuah gudang yang disulap menjadi kapel di Jalan Cemara. Kapel tersebut diberi nama Kapel St. Theofilus, merujuk pada nama Prefek Apostolik saat itu, Mgr. Th. De Backer, CM. Namun sayangnya, ketika pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942, seluruh kegiatan gereja di wilayah tersebut sempat terhenti.

Semangat pelayanan mulai pulih kembali pada tahun 1955 ketika Keuskupan Surabaya bekerja sama dengan organisasi masyarakat Tionghoa di Blitar (Perkumpulan Tjoo Tjeng Hwe) untuk membangun gedung olahraga di Jalan Cepaka 10. Gedung ini pada akhirnya digunakan sebagai tempat misa mingguan dan diubah menjadi kapel permanen oleh Pastor Voel, CM pada tahun 1957. Di tempat inilah akar pertumbuhan Paroki Santa Maria mulai semakin kuat.

Di dekade yang sama, Yayasan Pendidikan Yohanes Gabriel juga mulai merintis pendidikan Katolik di wilayah ini dengan membuka taman kanak-kanak. Beberapa tokoh awam seperti Tante Vien dan para suster SSpS turut membantu pelayanan dan pendidikan di sini. Seiring bertambahnya jumlah umat dan kebutuhan akan tempat ibadah yang lebih layak, pada tahun 1964 Pastor J. van Steen, CM mulai membangun gereja yang kini dikenal sebagai Gereja St. Maria, dan diberkati oleh Uskup Surabaya, Mgr. J. Klooster, CM.

Meskipun sudah berdiri gereja, wilayah ini masih dianggap sebagai cabang dari Paroki St. Yusup Blitar. Namun, perlahan-lahan kemandirian paroki mulai dibangun, khususnya di bawah kepemimpinan Pastor Johanes Maria Antonius Bartels, CM (1975–1986). Beliau menjadi pastor pertama yang menetap di wilayah Paroki St. Maria Blitar dan mulai membentuk cikal bakal Dewan Paroki dalam bentuk P3 (Pendamping Pastor Paroki). Ia juga memulai tradisi Hari Paroki yang diselenggarakan tiap bulan September untuk membangun semangat hidup berparoki.

Tahun 1993 menjadi tonggak sejarah penting lainnya, ketika Paroki St. Maria Blitar resmi menerima limpahan sembilan stasi dari Paroki St. Yusup, sehingga jumlah stasi yang semula empat menjadi tiga belas. Untuk meneguhkan identitas spiritual setiap komunitas, pada tahun 1997, masing-masing stasi diberi nama pelindung dari para santo-santa.

Seiring perkembangan umat dan kebutuhan pelayanan yang lebih luas, struktur lingkungan pun mengalami pemekaran. Hingga tahun 2009, di bawah kepemimpinan Pastor Martinus Aloysius Paryanto, CM, Paroki St. Maria telah membawahi 8 lingkungan dalam 3 wilayah, serta 12 stasi di Kabupaten dan Kota Blitar bagian barat.

Galeri Sejarah