Setiap kali masuk bulan September, umat Katolik di Indonesia langsung akrab dengan berbagai kegiatan seputar Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Mulai dari doa bersama, pendalaman Kitab Suci, sampai lomba-lomba bernuansa firman Tuhan. Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa sih perayaan ini jatuh di bulan September? Kenapa bukan di bulan lain?
Alasannya cukup menarik. Secara resmi, penentuan ini bermula pada tahun 1977 ketika Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI, sekarang KWI) menetapkan Minggu pertama bulan September sebagai Hari Kitab Suci Nasional. Dari situlah kemudian berkembang menjadi perayaan satu bulan penuh, yang kita kenal hingga sekarang sebagai BKSN. Jadi, secara praktis, September dipilih karena memang sudah ditetapkan Gereja Indonesia sebagai waktu khusus untuk firman Tuhan.
Namun, alasan yang lebih dalam dan kaya makna justru datang dari sejarah Gereja universal. Pada tanggal 30 September, Gereja merayakan pesta Santo Hieronimus, seorang Bapa Gereja besar yang dikenal sebagai “Doktor Kitab Suci”. Ia hidup pada abad ke-4 dan mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin yang disebut Vulgata. Pada masanya, bahasa Latin adalah bahasa umum yang dipahami luas, sehingga berkat terjemahan Hieronimus, Kitab Suci menjadi lebih mudah diakses oleh umat beriman.
Selain menerjemahkan, Hieronimus juga menulis banyak komentar Kitab Suci, membimbing umat untuk membaca Sabda Allah dengan benar, dan menegaskan bahwa firman Tuhan harus menjadi dasar kehidupan rohani. Kata-katanya yang terkenal, “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus,” menjadi pesan abadi yang sampai sekarang tetap menggema dalam Gereja. Itulah sebabnya bulan September, yang ditutup dengan pesta Santo Hieronimus, dipandang sangat tepat untuk menjadi bulan Kitab Suci.
Maka, jika kita bertanya “kenapa BKSN jatuh di bulan September?”, jawabannya bukan hanya karena keputusan para uskup Indonesia, tetapi juga karena Gereja ingin menempatkan teladan Santo Hieronimus di tengah umat. Ia adalah gambaran nyata dari seseorang yang membaktikan hidupnya untuk Sabda Allah, dan melalui BKSN kita diajak untuk mengikuti jejaknya: membaca, merenungkan, dan menghidupi Kitab Suci dalam keseharian.
Dengan demikian, bulan September bukan sekadar penanggalan rutin, melainkan waktu yang penuh makna. Ia mengingatkan kita pada keputusan Gereja di Indonesia dan pada sosok Santo Hieronimus yang telah mewariskan harta besar berupa Kitab Suci yang bisa kita baca hingga hari ini. Perpaduan inilah yang menjadikan September begitu istimewa: bulan di mana umat Katolik diajak memberi tempat utama bagi Sabda Allah dalam hidupnya.