Blitar, Minggu 28 September 2025 — Suasana penuh semangat di aula atas Paroki Santa Maria Blitar saat sekitar 80 orang calon pengurus lingkungan, stasi, DPP, serta BGKP berkumpul untuk mengikuti Pertemuan Kedua Pembinaan Calon DPP & BGKP.
Pertemuan ini dipandu langsung oleh Romo Stanislaus Beda Eylanor, CM selaku Romo Kepala Paroki. Melalui pembinaan ini, Romo mengajak para peserta untuk semakin menyadari peran penting mereka dalam kehidupan menggereja, sekaligus menempa diri dalam pelayanan dan iman.
Dalam penjelasannya, Romo Stanislaus menekankan bahwa Gereja bukan hanya tempat kita beribadah, tapi juga “sasana” — tempat kita belajar, bertumbuh, dan dibentuk menjadi pelayan Kristus.
Seperti seorang murid yang belajar dari gurunya, kita pun dipanggil untuk terus belajar dalam kehidupan pastoral, mulai dari lingkungan, stasi, wilayah, hingga paroki.
Di dalam “sasana” ini, setiap orang diajak terlibat aktif. Pelayanan bukan hanya tugas segelintir orang, tetapi menjadi kesempatan bersama untuk saling menumbuhkan dan memperkuat iman umat.
Salah satu gambaran menarik yang diangkat dalam pembinaan kali ini adalah kisah Gatotkaca dan Kawah Candradimuka.
Dalam budaya Jawa, Gatotkaca dikenal sebagai ksatria perkasa yang “lahir” setelah melalui proses penempaan di kawah Candradimuka—tempat pembentukan yang keras dan panas, tapi menghasilkan sosok tangguh dengan otot kawat dan tulang besi.
--- “Saya dan Gatotkaca ada dalam kawah Candradimuka (umat Allah) sebagai tempat dibentuk—membentuk karakter, mengubah, membangun, mengembangkan individu, pelayan, pengurus, menjadi berilmu, terampil, dan berakhlak mulia.” ---
(Butir Ardas Paroki Santa Maria)
Gambaran ini sangat pas untuk proses pembinaan para calon pengurus Gereja. Pelayanan seringkali tidak mudah, ada tantangan, dinamika umat, bahkan perbedaan pendapat. Namun, semua itu adalah bagian dari “kawah” tempat kita dibentuk dan dimurnikan.
Seperti Gatotkaca, para calon pengurus diajak tidak takut masuk ke proses penempaan, agar kelak menjadi pribadi tangguh, matang dalam iman, dan siap melayani dengan hati.
Materi pembinaan juga menegaskan kembali Butir-Butir Arah Dasar (Ardas) Paroki Santa Maria.
Beberapa hal penting yang perlu dihidupi antara lain:
- Terbuka terhadap karunia Roh Kudus,
- Menghidupi iman secara nyata dalam kehidupan sehari-hari,
- Menghayati pilihan dasar kekatolikan,
- Memiliki sikap adil, arif, berani, dan ugahari.
Dengan semangat ini, para peserta diundang untuk menjadi pribadi yang guyub, pelayan yang penuh kasih, dan pengurus yang misioner — sehingga Gereja sungguh menjadi rumah bagi pertumbuhan iman bersama.
Romo Stanislaus juga mengingatkan pentingnya regenerasi dan keterbukaan dalam kepemimpinan Gereja. Jabatan bukan untuk dipertahankan selamanya, tapi dijalani sebagai kesempatan belajar dan membimbing orang lain.
Setiap pengurus baru diajak untuk memiliki semangat seperti Gatotkaca—tangguh, setia, dan siap mengemban misi pelayanan dengan rendah hati.
Pertemuan kedua ini menjadi momentum berharga untuk menyadari bahwa Paroki Santa Maria Blitar adalah “sasana iman” kita bersama.
Di tempat inilah kita dipahat dan memahat, dididik dan mendidik, dibina dan membina, sehingga tumbuh menjadi komunitas Gereja yang hidup, dinamis, dan misioner.
Seperti Gatotkaca keluar dari kawah Candradimuka, semoga para calon pengurus Paroki pun keluar dari proses pembinaan ini sebagai pelayan yang kuat, beriman dewasa, dan siap menggembalakan umat dengan kasih Kristus.